26 November 2012

Bonus Demografi dan Pendidikan


Pendidikan Sebagai Jawaban Menghadapi Bonus Demografi

Demografi Indonesia

Kemajuan informasi dan komunikasi yang menjadi penggerak utama globalisasi seperti perubah peradapan dunia, dunia menuju sesuatu yang tidak bisa dibayangkan sebelumnya, begitu juga tantangan yang akan dihadapai oleh generasi yang berada pada masa bonus demografi, saat ini saja kita sudah dihadapkan berbagai tantangan yang serupa dengan turbulensi, menggilas dan menenggelamkan sebuah peradapan jika tidak mampu menghadapinya. 

Selain arus globalisasi yang semakin keras, semakin kedepan juga dihadapkan pada kenyataan makin berkurangnya sumber daya alam yang dapat dikelola, krisis sumber daya alam  akan di ikuti dengan kompetisi perebutan yang makin gencar, sumber-sumber ekonomi menjadi ajang kompetisi tidak hanya ditingkat nasional tetapi menjadi kompetisi global, bentuk baru penguasaan tidak lagi dengan angkat senjata penguasaan sebuah wilayah, tetapi dengan infiltrasi modal, kapitalisasi akan menjadi ancaman serius sebuah bangsa.

Selain arus globalisasi dan kenyataan menipisnya sumber daya alam, tantangan yang akan dihadapi usia produktif masa bonus demografi juga adalah kondisi nasional, menyangkut perpolitikan dan kenyataan perokonomian bangsa saat itu.

Tantangan dan peluang yang akan tercipta pada masa bonus demografi hanya akan bisa dihadai oleh kemampuan sumber daya manusia yang tinggi, dan kemampuan memanfaatkan peluang-peluang, berdaya saing tinggi, dan berjiwa leadership dan interpreuner yang teruji. Semua kesiapan sumber daya manusia ini hanya dapat disiapkan dengan menciptakan sistem pendidikan yang bermutu, mengarah jelas untuk menghadapai tantangan dan memanfaatkan peluang dimasa bonus demogarfi datang.

Pendidikan sebagai pranata utama dalam membangun sumber daya manusia,  pendidikan berperan jelas dalam membentuk penduduk untuk menjadi aset bangsa, aset bangsa yakni sumber daya manusia yang memiliki keahlian profesional, produktivitas serta mandiri dalam menghadapi globalisasi di tahun-tahun mendatang. Potensi sumber daya manusia tersebut harus dikelola dengan baik agar berkualitas sehingga benar-benar menjadi bonus demografi. (M.Nuh,2012)

Pendidikan yang berbasis pada peningkatan kualitas haruslah terencana dan terarah sesuai dengan perkembangan global dan mampu menyikapi tantangan zaman yang akan datang, bahkan mampu menghadapi tantangan jaman yang belum dapat diprediksi sebelumnya.

Pelaksanaan pendididikan yang terencana erat kaitannya dengan pelaksanan kurikulum pendidikan yang diterapkan. Kurikulum pendidikan dirancang haruslah mampu menumbuhkan insan manusia yang produktif,  produktif dalam artian menjadi leadrship dan interpreuner yang mampu mengelola sumber daya alam untuk membangun perekonomian bangsa.

Kurikulum pendidikan juga harus bisa melahirkan manusia Indonesia yang  mandiri. Kemandirian inilah yang menjadi  prasyarat utama menuju kemajuan bangsa. Penduduk yang mandiri dapat melepaskan dirinya dari kebiasaan tergantung pada alam dan produk perekonomian bangsa lain.

Kurikulum pendidikan diarahkan untuk dapat melahirkan jiwa-jiawa dengan pemikiran yang inovatif. Menemukan hal-hal baru yang bernilai lebih yang nantinya melahirkan produk-produk bernilai ekonomis tinggi dalam menyikapi keunggulan lokal tiap daerah di Indonesia dan menjadi produk yang bisa diterima secara internasional.

Arah Kurikulum Pendidikan Serasi Dengan Tujuan Perekonomian Bangsa

Kedaaan bonus demografi adalah dimana usia produktif mampu terlibat dalam pembangunan perekonomian bangsa, tentunya ini memerlukan sebuah perencanaan yang matang, keberhasilan usia produktif dalam terlibat aktif dalam pembangunan perekonomian bangsa, hasil dari singkronisasi antara sumber daya manusia yang tinggi dengan pemanfaatan sumber daya alam yang efisien dan efektif sehingga bernilai ekonomis tinggi.

Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang dikeluarkan oleh pemerintah sebagai masterplan pembangunan ekonomi Indonesia kedepan haruslah juga diterjemahkan dan dingejewantahkan kedalam kurikulum pendidikan, MP3EI ini menjadi acuan yang jelas untuk melihat peluang dan tantangan perekonomian yang akan dihadapi usia produktif ditahun-tahun mendatang.

MP3EI ini menjadi acuan untuk dasar dalam mendesain kurikulum pendidikan, sehingga sekolah mampu menyelaraskan pembelajaran disekolah dengan tujuan dari perekonomian bangsa yang akan dibangun, ini menjadikan para lulusan mampu mengelola sumber-sumber ekonomi yang menjadi penopang perekonomian bangsa Indonesia akan datang. 




Syarat Terjadinya Bonus Demografi

Syarat terjadinya Bonus Demograf

 Bonus demografi adalah dimana di suatu negara terjadi fenomena penduduk usia produktif lebih banyak dari pada usia non produktif, sehingga beban ketergantungan (dependency ratio) menjadi rendah.

Bonus demografi tidak begitu saja dapat dinikmati sebuah negara, angka beban ketergantungan (dependency ratio) dari usia produktif yang tinggi dan usia non produktif yang rendah, akan menjadi kenyataan dengan persyaratan pertama suksesnya program pengendalian pertumbuhaan penduduk dan yang kedua adalah tingginya kualitas penduduk pada masa tersebut.

1.    Program Pengendalian pertumbuhan penduduk
Pada tahun 2020 hingga tahun 2030 inilah di proyeksikan Indonesia mengalami Bonus Demokrafi, Syaratnya adalah program Keluarga Berencana (KB) yang telah dicanangkan pemerintah tetap berjalan dan berhasil. Keberhasilan program tersebut dalam tiga puluh tahun diperkirakan akan menggeser anak-anak dan remaja berusia dibawah 15 tahun, yang biasanya besar dan berat dibagian bawah piramida penduduk Indonesia, ke penduduk usia produktif yang melimpah. kini pemerintah menggulirkan program pertumbuhan populasi nol persen (zero growth). Dalam program ini, angka kelahiran mesti selaras atau berimbang dengan angka kematian, sehingga jumlah populasi relatif stabil.








2.    Kualitas penduduk produktif
Human index Indonesia saat ini berada di peringkat 124, Indonesia terpatok jauh dibandingkan dengan negara tetangga Singapura, Brunei Darusalam, Malaysia, Thailand dan Filipina. Peringkat HDI Indonesia menggambarkan  kualitas penduduk Indonesia yang berkaitan dengan kualitas pendidikan dan kesempatan memperoleh pendidikan di Indonesia.

Bonus demokrafi akan dapat dinikmati ketika jumlah usia produktif yang mencapai puncak dibekali dengan kualitas sumber daya yang memadai sekaligus kemampuan untuk mengembangkan diri sebagai interpreuner yang mampu menciptakan lapangan kerja dan bersaing di era global untuk turut membangun perekonomian bangsa.

Tetapi ledakan usia produktif ini akan menjadi bomerang ketika usia produktif tidak dibekali kemampuan untuk bisa bertahan hidup dan mengembangkan diri yang akhinya hanya akan menjadi beban pemerinntah dalam menyediakan lapangan kerja dan terciptanya angka pengangguran yang tinggi.

Rendahnya human index development ini juga menggambarkan rendahnya educational quality and equity tersebut berdampak langsung terhadap kemampuan bersaing dalam memperebutkan pasar tenaga kerja internasional.

Baca juga Bonus Demografi

Bonus Demografi

ARAH PENDIDIKAN MENGHADAPI BONUS DEMOGRAFI


Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010 penduduk Indonesia secara keseluruhan telah mencapai angka 237,641,326 jiwa atau 241.452.952  jiwa menurut data dari CIA World Factbook 2004, ini adalah angka yang sangat fantastis. Angka ini membuat Indonesia berada pada posisi no 4 sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak.



Sedangkan berdasarkan komposisi umur penduduk Indonesia saat ini dapat dilihat pada grafik di bawah ini
 

Menurut proyeksi jumlah penduduk terakhir yang dilakukan Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2025 akan menjadi 273,2 juta jiwa. Dalam proyeksi yang dibuat tahun 2000 itu, disebutkan pertumbuhan rata-rata per tahun penduduk Indonesia periode 2000-2025 menunjukkan kecenderungan yang terus menurun.







Periode 2005-2010 dan 2020-2025, penduduk Indonesia turun dengan kecepatan 1,27 persen menjadi 0,82 persen per tahun. Turunnya laju pertumbuhan ini disebabkan oleh turunnya tingkat kelahiran dan kematian, namun penurunan karena kelahiran lebih cepat daripada penurunan karena kematian. Crude Birth Rate (CBR) turun dari sekitar 20 per 1000 penduduk pada awal proyeksi menjadi 15 per 1000 penduduk pada akhir periode proyeksi, sedangkan Crude Death Rate (CDR) naik dari 6 per 1000 penduduk pada awal proyeksi menjadi 8 per 1000 penduduk pada akhir proyeksi. (BPS, 2008)

Dalam kurun yang sama usia produktif, 15-64 tahun meningkat dari 66,6 persen menjadi 68,7 persen dan untuk lanjut usia, mereka yang berusia 65 tahun ke atas naik dari 4,9 persen menjadi 8,1 persen. Perubahan susunan ini mengakibatkan beban ketergantungan (dependency ratio) turun dari 50,1 persen pada tahun 2005 menjadi 45,6 persen pada tahun 2025. (BPS, 2008)  Menurunnya rasio beban ketergantungan menunjukkan berkurangnya beban ekonomi bagi penduduk umur produktif (usia kerja) yang menanggung penduduk pada umur tidak produktif, pada kondisi inilah yang disebut dengan bonus demografi bagi sebuah bangsa.


Pada tahun 2020 hingga tahun 2030 Indonesia berdasarkan proyeksi penduduk akan mengalami bonus demografi, tentu saja bonus ini tidak datang serta merta dan menjadi keuntungan, bonus demografi akan dapat dinikmati dengan memenuhi persyaratan antara lain program pengendalian pertumbuhan penduduk yang berhasil dan kualitas penduduk yang tinggi pada usia-usia produktif